Trauma Maksilofasial : Pahami Jenis & Penanganannya
March 13, 2023 by admin
Wajah merupakan bagian tubuh yang terbuka dan mudah mengalami trauma, sehingga cedera wajah merupakan jenis cedera yang paling sering terjadi. Tulang wajah memiliki sinus yang membentuk karakter wajah seseorang dan merupakan penyangga yang melindungi otak dari pukulan langsung. Bantalan terbesar berada di bagian tengah wajah, dan tempat sebagian besar sinus berada. Bila benturan terjadi pada bagian bawah dari wajah, maka secara otomatis otak mendapat perlindungan paling maksimal dikarenakan daya yang datang ke otak telah dihambat oleh hampir seluruh bantalan pada wajah. Trauma tulang wajah (maksilofasial) paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalulintas dan perkelahian, sehingga umumnya merupakan kasus multi-trauma. Lalu apa saja sih jenis trauma pada tulang wajah (maksilofasial) dan bagaimana penanganan yang tepat? Simak penjelasannya berikut!
Pengertian
Trauma Maksilofasial merupakan suatu cedera yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah, seperti kulit, lemak, otot. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari : Dentoalveolar, tulang maksila (rahang atas), tulang mandibula (rahang bawah).
Penyebab
Trauma wajah pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, diikuti oleh perkelahian dan akibat berolahraga serta jatuh. Tulang pipi dan rahang adalah tulang yang paling sering retak selama serangan. Kecelakaan mobil menyebabkan patah tulang yang sering mengenai bagian tengah wajah, terutama pada pasien yang tidak menggunakan sabuk pengaman. Penyebab penting lainnya dari trauma wajah termasuk luka tusukan, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan anak dan orang tua.
Gejala dan Tanda
Trauma Maksilofasial memiliki gejala dan tanda berupa :
-
Dislokasi, berupa berubahnya posisi yg menyebabkan maloklusi terutama pada fraktur mandibula.
-
Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur.
-
Rasa nyeri pada sisi fraktur.
-
Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas.
-
Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur.
-
Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran.
-
Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.
-
Diskolorisasi atau perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan.
-
Numbness, terjadi kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi dibawah nervusalveolaris.
-
Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda, penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus.
Jenis Trauma Maksilofasial
Trauma Dentoalveolar
Pada trauma dentoalveolar, trauma dapat terjadi dan mengenai dental atau melibatkan gigi saja, sedangkan dapat juga mengenai pada bagian dentolaveolar yaitu bagian gigi dan tulang penyangga.
Trauma Maxilla (Rahang Atas)
Trauma tulang rahang atas terjadi pada sepertiga tengah wajah, dapat dikelompokkan sebagai Le Fort I, II, atau III, dengan pejelasan sebagai berikut :
-
Fraktur Le Fort I adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi menyebabkan terpisahnya prosesus alveolaris dan langit-langit keras dari seluruh rahang atas. Trauma ini menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan.
-
Fraktur Le Fort II biasa juga disebut dengan fraktur piramidal. Pada kondisi ini terjadi pembengkakan disekitar mata, disertai juga dengan memar yang terlihat seperti racoon sign.
-
Fraktur Le Fort III atau disebut juga fraktur tarnsversal yang menggambarkan adanya disfungsi kraniofasial. Kondisi ini terjadi pemisahan dari semua tulang wajah dari dasar tengkorak dengan fraktur simultan dari zygoma, rahang, dan tulang hidung. Kondisi ini mengakibatkan remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila kompleks dan keluarnya cairan otak dan sumsum tulang belakang, pembengkakan dan memar di sekitar mata.
Trauma Mandibula
Trauma mandibula, terjadinya kerusakan atau terputusnya kontinuitas tulang rahang bawah. Hal ini dapat terjadi di beberapa lokasi sekunder dengan bentuk U-rahang dan leher condylar lemah. Fraktur sering terjadi bilateral di lokasi terpisah dari lokasi trauma langsung. Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari kekuatan rendah energilangsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur melalui bagian alveolar rahang atas atau rahang bawah.
Penanganan
Penatalaksanaan awal dokter saat dijumpai kecurigaan trauma maksilofasial yaitu meliputi:
-
Pemeriksaan kesadaran pasien.
-
Pemeriksaan fisik terutama wajah pasien secara cermat : Apakah asimetris atau tidak, apakah hidung dan wajahnya menjadi lebih pipih, atau apakah ada Hematoma.
-
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiografis untuk memperjelas suatu diagnosa klinis serta untuk mengetahui letak fraktur. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium.
-
Tindakan operatif pada jaringan lunak, tindakan yang dilakukan adalah penjahitan luka sedangkan untuk jaringan keras (tulang) dilakukan pemasangan implant seperti plate dan screw untuk menyatukan adanya patahan tulang.
Penanganan fraktur sebaiknya dilakukan secepat mungkin, penundaan perawatan akan berakibat pada kalsifikasi tulang pada posisi yang salah dan juga meningkatkan resiko infeksi. Segera konsultasikan keluhan kamu kepada Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut & Maksilofasial, Jakarta Dental Clinic, Rumah Sakit Jakarta. Informasi & pendaftaran dapat menghubungi Telp 021-5732241 atau via WhatsApp 0815 8551 2655.